Kekerasan verbal orang tua terhadap anak

Kekerasan Verbal Tanpa Disadari Kerap Dilakukan Orang Tua kepada Anaknya

Berbicara tentang bully, kebanyakan orang menganggap bahwa tindakan ini hanya terjadi di luar. Lantas, apakah memang demikian?

Seperti yang kita ketahui, orang terdekat kita adalah orang yang berkemungkinan besar menorehkan luka di hati kita. Sama halnya dengan orang tua, beberapa dari mereka terkadang tanpa disadari membully anaknya sendiri, tepatnya melakukan kekerasan verbal. Katanya mendidik, katanya sayang, katanya semata-mata untuk kebaikan di masa depan, lalu haruskah dengan menjadi manusia yang tidak berperasaan? Tegas bukan berarti harus berlaku kasar, Bu, Pak.

Umurnya masih muda, tapi dia sering berputus asa, kenapakah dia? Apakah karena perkara cinta? Tidak, tidak! Itu hatinya terluka karena tutur kata juga perilaku orang tuanya. Ini sekilas gambaran yang saya tangkap dari curhatan yang bertebaran di grup Facebook psikolog. Ditambah lagi pertanyaan-pertanyaan yang menanyakan bagaimana cara menjadi percaya diri, tidak insecure, pandai bersosialisasi, dan semacamnya.

Ya, terkadang orang tua lupa bahwa apa yang menurutnya baik, tidak selamanya baik. Didikan yang dirasa sudah tepat bisa saja salah. Mereka ingin anaknya kelak menjadi mandiri, tidak lemah, tidak manja. Namun, tanpa disadari kerap kali melontarkan kata-kata yang membuat anaknya merasa kecil atau bahkan mempermalukan anaknya sendiri di depan khalayak. Membanding-bandingkan anaknya dengan anak sebelah tanpa memberikan jalan keluar atau motivasi. Tidak bisa mengontrol emosi hingga kata tidak pantas pun keluar, anak tidak berguna atau bahkan juga nama binatang meluncur bebas. Membesar-besarkan masalah yang sebenarnya hanyalah masalah sepele. Tidak pernah memberikan dukungan emosional; apresiasi, pujian, support, atau sebuah tindakan yang bisa dirasakan secara langsung.

Lekas dewasa, baru bertanya-tanya kenapa anaknya selalu menghindar dan lebih sering menyendiri. Lupa bahwa tindakannya selama ini melukai psikis sang anak. Tidak sadar sudah menjadi sosok pencipta luka terdalam kepada anaknya yang seharusnya menjadi “pelindung”. Menanamkan kata-kata buruk hingga anaknya menjadi pribadi yang tidak percaya diri.

Sebelum menuntut, alangkah baiknya menjadi teladan yang pantas pula untuk dicontoh. Support, apresiasi, dan pujian sangat berpengaruh terhadap pembentukan anak menjadi percaya diri kelak. Buktinya, ada banyak orang di luar sana dengan kekurangannya yang tampak jelas, tapi karena dukungan dari orang tuanya, dia menjadi percaya diri. Menanamkan hal-hal positif sedari dini dan mengontrol ucapan apabila berlaku kepada anak itu penting, mengingat setiap kata yang keluar dari mulut orang tua sangatlah menusuk dan membekas.