Perbedaan delusi dan halusinasi

Delusi dan Halusinasi Merupakan Dua Hal Yang Berbeda, Ini Penjelasannya

Delusi dan halusinasi adalah dua jenis gejala berbeda yang dapat terjadi pada berbagai kondisi kesehatan mental seperti skizofrenia, gangguan bipolar, dan jenis demensia tertentu.

Delusi adalah keyakinan salah yang dipegang seseorang meskipun ada bukti yang bertentangan. Delusi dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk delusi paranoid (keyakinan bahwa seseorang akan menyakiti mereka), delusi kebesaran (keyakinan bahwa seseorang memiliki kemampuan atau ketenaran yang luar biasa), dan delusi somatik (keyakinan bahwa seseorang memiliki kondisi medis yang serius meskipun ada bukti sebaliknya).

Halusinasi, di sisi lain, adalah pengalaman sensorik yang terjadi tanpa rangsangan eksternal. Jenis halusinasi yang paling umum adalah pendengaran, di mana seseorang mendengar suara atau suara yang sebenarnya tidak ada. Namun, halusinasi juga dapat terjadi pada indera lain, seperti melihat sesuatu (halusinasi visual) atau merasakan sesuatu yang tidak ada (halusinasi taktil).

Singkatnya delusi adalah keyakinan salah, sedangkan halusinasi adalah pengalaman indrawi yang tidak didasarkan pada kenyataan.

Jenis

Ada beberapa jenis delusi dan halusinasi yang mungkin dialami orang. Mari kita lihat bagaimana mereka dibandingkan satu sama lain.

Jenis Delusi

Ada banyak jenis delusi yang dapat terjadi pada berbagai kondisi kesehatan mental. Berikut adalah beberapa jenis delusi yang paling umum:

  • Delusi paranoid: Delusi ini melibatkan keyakinan bahwa orang lain merencanakan atau menganiaya orang tersebut. Delusi paranoid dapat mencakup keyakinan bahwa seseorang sedang diawasi, diikuti, atau dimata-matai.
  • Delusi muluk: Delusi ini melibatkan keyakinan bahwa seseorang memiliki kemampuan, kekuatan, atau status khusus. Delusi muluk dapat mencakup keyakinan bahwa seseorang adalah orang terkenal, mesias, atau sosok yang kuat.
  • Delusi somatik: Delusi ini melibatkan keyakinan bahwa seseorang memiliki kondisi medis yang serius, meskipun ada bukti sebaliknya. Delusi somatik dapat mencakup keyakinan bahwa seseorang menderita kanker, AIDS, atau penyakit serius lainnya.
  • Delusi agama: Delusi ini melibatkan keyakinan bahwa seseorang memiliki hubungan khusus dengan kekuatan yang lebih tinggi atau bahwa mereka telah dipilih untuk tujuan khusus oleh kekuatan yang lebih tinggi.
  • Delusi referensi: Delusi ini melibatkan keyakinan bahwa kejadian atau benda sehari-hari memiliki arti atau makna khusus bagi orang tersebut. Misalnya, seseorang mungkin percaya bahwa iklan papan reklame mengirimi mereka pesan rahasia.
  • Delusi kontrol: Delusi ini melibatkan keyakinan bahwa pikiran, perasaan, atau tindakan seseorang dikendalikan oleh kekuatan luar. Misalnya, seseorang mungkin percaya bahwa radio atau televisi mengendalikan pikirannya.
  • Delusi erotomania: Delusi ini melibatkan keyakinan bahwa seseorang jatuh cinta dengan orang tersebut, biasanya seseorang yang terkenal atau berstatus sosial lebih tinggi.

Jenis Halusinasi

  • Halusinasi pendengaran: Mendengar suara, musik, langkah kaki, atau suara lain yang tidak dapat didengar orang lain. Ini cenderung menjadi jenis halusinasi yang paling umum. Suara yang didengar orang tersebut mungkin ramah, netral, kasar, atau bermusuhan.
  • Halusinasi visual: Melihat orang, pola, cahaya, atau objek yang tidak ada. Misalnya, orang tersebut mungkin melihat benda bergerak dengan cara yang biasanya tidak bisa mereka lakukan.
  • Halusinasi penciuman: Mencium hal-hal yang tidak bisa dicium orang lain. Orang tersebut mungkin mengaitkan bau tersebut dengan lingkungannya atau diri mereka sendiri.
  • Halusinasi pengecapan: Mencicipi hal-hal yang tidak dapat dideteksi orang lain. Misalnya, orang tersebut mungkin menemukan bahwa makanan tidak terasa seperti seharusnya, atau mereka mungkin dapat merasakan makanan yang belum mereka makan.
  • Halusinasi taktil atau somatik: Merasakan sensasi yang tidak nyata. Orang tersebut mungkin percaya seseorang menggelitik atau mencubitnya, atau merasa seperti serangga merayap di seluruh kulitnya.
  • Halusinasi multimodal: Orang tersebut mungkin mengalami lebih dari satu jenis halusinasi secara bersamaan, membuat pengalaman itu terasa sangat nyata bagi mereka. Misalnya, mereka mungkin mendengar guntur bergemuruh, merasakan angin di wajah mereka, dan melihat ruangan mulai terisi air.

Penyebab

Delusi dan halusinasi adalah gejala psikosis yang seringkali berasal dari penyebab yang sama. Beberapa potensi penyebab psikosis meliputi:

  • Alkohol dan obat-obatan tertentu, yang dapat menyebabkan psikosis saat orang tersebut berada di bawah pengaruh
  • Kondisi kesehatan mental seperti skizofrenia, gangguan bipolar, atau depresi berat
  • Penyakit otak seperti penyakit Huntington dan penyakit Parkinson
  • Penyakit Alzheimer dan demensia
  • HIV dan infeksi lainnya, yang dapat mempengaruhi otak
  • Penyakit parah seperti gagal ginjal atau gagal hati
  • Tumor dan kista otak
  • Obat resep tertentu seperti stimulan dan steroid
  • Epilepsi
  • Stroke
  • Demam
  • Igauan

Bagaimana Halusinasi dan Delusi Terkait Dengan Skizofrenia?

Halusinasi dan delusi adalah dua gejala khas skizofrenia, gangguan mental kronis dan parah yang memengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku. Baik halusinasi maupun delusi dapat terjadi pada individu dengan skizofrenia, meskipun tidak semua penderita skizofrenia mengalami keduanya.

Halusinasi pada skizofrenia biasanya pendengaran, dengan orang yang mendengar suara atau suara lain yang sebenarnya tidak ada. Suara-suara ini bisa kritis, menghibur, atau memerintah, dan dapat menyebabkan tekanan dan gangguan yang signifikan. Beberapa individu dengan skizofrenia mungkin juga mengalami halusinasi visual, taktil, atau penciuman.

Sementara halusinasi dan delusi tidak unik untuk skizofrenia dan dapat terjadi pada kondisi kesehatan mental lainnya, mereka dianggap sebagai gejala inti dari gangguan tersebut. Adanya halusinasi dan delusi merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis skizofrenia. Penyebab pasti skizofrenia tidak sepenuhnya dipahami, tetapi diyakini melibatkan interaksi yang kompleks antara faktor genetik, lingkungan, dan neurokimia.

Bagaimana Mengobati Halusinasi?

Perawatan halusinasi tergantung pada penyebab yang mendasari gejala tersebut. Jika halusinasi terjadi dalam konteks kondisi kesehatan mental seperti skizofrenia, pengobatan biasanya melibatkan kombinasi pengobatan dan terapi.

Obat yang biasa digunakan untuk mengobati halusinasi antara lain obat antipsikotik, yang bekerja dengan menghalangi aktivitas dopamin di otak. Contoh obat antipsikotik termasuk risperidone, olanzapine, dan aripiprazole. Obat-obatan ini dapat membantu mengurangi keparahan dan frekuensi halusinasi dan gejala psikotik lainnya.

Terapi juga dapat membantu dalam mengobati halusinasi, terutama jika dikombinasikan dengan pengobatan. Terapi perilaku-kognitif (CBT) dan bentuk terapi bicara lainnya dapat membantu individu mempelajari strategi koping untuk mengelola tekanan dan gangguan yang disebabkan oleh halusinasi. Selain itu, terapi dapat membantu individu mengidentifikasi pemicu halusinasi mereka dan mengembangkan strategi untuk menghindari atau mengelola pemicu tersebut.

Jika halusinasi disebabkan oleh kondisi medis seperti penyakit Parkinson atau epilepsi, pengobatan biasanya akan berfokus pada pengobatan kondisi yang mendasarinya. Misalnya, pengobatan atau intervensi bedah dapat digunakan untuk mengatasi gejala penyakit Parkinson, yang dapat mencakup halusinasi.

Penting untuk dicatat bahwa perawatan halusinasi harus selalu dipandu oleh profesional kesehatan yang berkualifikasi. Rencana perawatan khusus akan tergantung pada gejala individu, riwayat kesehatan, dan faktor lainnya, dan mungkin memerlukan penyesuaian dari waktu ke waktu untuk mencapai hasil terbaik.

Bagaimana Delusi Dirawat?

Obat-obatan seperti antipsikotik sering diresepkan untuk membantu mengelola gejala delusi. Obat ini bekerja dengan mengubah kadar bahan kimia tertentu di otak yang berhubungan dengan suasana hati dan proses berpikir.

Psikoterapi, termasuk terapi perilaku-kognitif (CBT), juga bisa efektif dalam mengobati delusi. CBT adalah jenis terapi bicara yang berfokus pada mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif yang berkontribusi terhadap delusi.

Pendekatan pengobatan lain yang dapat digunakan bersamaan dengan pengobatan dan psikoterapi termasuk terapi keluarga dan kelompok pendukung. Dalam beberapa kasus, rawat inap mungkin diperlukan jika delusi seseorang parah atau jika menimbulkan risiko bagi diri mereka sendiri atau orang lain.

Penting untuk mencari bantuan profesional jika kamu atau orang tercinta mengalami delusi, karena pengobatan yang cepat dan efektif dapat sangat meningkatkan kualitas hidup dan hasil jangka panjang bagi mereka yang mengalami gejala ini.